Jumat petang yang lalu, saat dalam perjalanan pulang dari
Gading Serpong, tiba-tiba ban belakang motorku kempes, di seberang Taman Kota
BSD. Jarak yang masih cukup jauh menuju rumah maupun tukang tambal ban
terdekat.
Aku ingat ada teman yang punya teman seorang tukang tambal
ban, jadi kuhubungi dia untuk minta no. hp temannya itu. Namun ternyata, no
hp nya sudah hilang dari phonebook hp nya. Kemudian aku coba hubungi teman di
kantor lama, yang saya ingat ada no hp tukang tambal ban di portal masuk
kompleks ruko kantor lama itu. Ternyata tidak bisa dihubungi, jadi mau tak mau
aku bersiap-siap untuk mendorong motorku, karena hari sudah semakin gelap. Kupikir aku bisa tambah angin di pompa bensin
(yang juga lumayan jauh jaraknya), berharap kemudian motor bisa dinaiki ke
tukang tambal ban terdekat atau dibawa pulang ke rumah, besok pagi baru
ditambal.
Belum lama mendorong motorku, aku melewati dua buah mobil
yang sedang parkir. Tak lama kemudian kedua mobil itu berhenti, masing-masing
di depan dan belakangku. Sempat kuatir juga, kalau-kalau ada yang bermaksud
jahat, namun yang muncul ternyata dua anak muda. Mereka menanyakan motorku kenapa, dan setelah
melihat kondisi ban yang kempes, yang cowoq segera pergi cari tukang tambal ban.
Setelah sekian puluh menit, ia kembali bersama teman cowoq yang lain, siap
membantu mendorong motorku ke tukang tambal ban. Sementara aku naik mobil
dengan yang ceweq.
Kami jalan duluan dan menunggu di pompa bensin. Sementara
menunggu, tiba-tiba aku mulai batuk-batuk. Tak lama kemudian teman baruku pamit mau ke toilet… ternyata
dia mampir ke toko di dalam kompleks pompa bensin itu dan membeli beberapa
botol minuman untuk kami. Sungguh ga mengira, anak-anak muda ini begitu
perhatian… pada umumnya mereka cenderung cuek bukan?

Tak berapa lama, tibalah kedua pendorong motorku… Tukang
tambal ban masih sekitar 100-200 meter lagi. Kami pikir bisa tambah angin
dulu di pompa bensin, ternyata yang ada adalah pompa pengisian ban dengan gas
nitrogen. Jadi saya kembali naik mobil berdua, sementara mereka juga lanjut
mendorong motor berdua.
Setibanya di tukang tambal ban, aku segera menurunkan
barang-barang bawaanku dari mobil, mengira mereka akan segera kembali
melanjutkan aktivitas mereka yang tertunda karena membantu aku ke tukang tambal
ban. Ternyata mereka malah bantuin kasih penerangan ke tukang tambal ban yang
sedang bekerja (posisi bagian belakang motor agak jauh dari lampu penerangan
kios tambal ban tersebut).
Sambil nunggu itu, kami baru sempat ngobrol.
Ternyata salah satu dari mereka bernama Gabriel! Katanya dia juga pernah
ngalamin ban bocor dan musti dorong cukup jauh juga. Karena pernah ngerasain ga
enaknya itulah, makanya dia dan teman-temannya bantuin aku…
Setelah ban selesai ditambal, Gabriel dengan sigap bermaksud menurunkan
barang-barang bawaanku. Aku sampai komen, “Aduh, udah dibantuin ngedorong, eh…
diservis abis pula… kamu bener-bener malaikat… Terima kasih banyak yaa… Tuhan
memberkati.” Dan di situlah kami berpisah.
Sangat mengesankan bagaimana mereka dengan kesungguhan hati
melayaniku saat aku benar-benar hopeless tadi, membayangkan musti mendorong
motor sejauh itu, saat malam sudah turun… Tapi ternyata Tuhan mengirimkan
seorang Gabriel dan teman-temannya untuk menolongku. Mereka adalah pelaksana
nyata dari “Hidup untuk Melayani” sesuai tema Bulan Kitab Suci 2014 ini.
Terima kasih Tuhan untuk pertolonganmu melalui Gabriel dan
teman-temannya yang telah menemaniku saat aku sedang bingung dan kuatir tadi…
Kiranya Engkau berkenan memberkati mereka agar sukses dalam studinya dan dapat
meraih cita-cita mereka seturut dengan rencana dan kehendak-Mu… Amin.”
BSD, 17 September 2014