Entah mengapa, tahun ini aku begitu menanti-nantikan dimulainya Novena Roh Kudus, bahkan sempat juga terpikir untuk datang ke misa pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta nanti.
Jadi, inilah aku hadir di hari pertama Novena Roh Kudus, mencari tempat duduk hingga akhirnya aku memutuskan untuk duduk di sayap kiri, walaupun biasanya aku lebih suka duduk di bagian tengah. Di deretan itu, hanya ada seorang ibu dan anaknya di ujung bangku yang lain.
Romonya cukup menarik dalam membawakan homilinya, mulai dari mengutamakan kepentingan Yesus, sesama baru diri kita sendiri (Yesus, Others, Urself),bagaimana meminta karunia Roh Kudus (Ask, Believe, Confess) sampai “tidak ada sesuatu yang terjadi secara kebetulan.”
Pada akhir homilinya Romo meminta umat untuk berdua-dua atau boleh juga bertiga, saling mendoakan satu sama lain dengan menumpangkan tangan. Jadi aku bergeser mendekat ke tempat duduk ibu tersebut. Sebelum saling mendoakan dimulai, Romo memimpin lagu “Berhembuslah Roh Kudus”. Dari pertengahan lagu aku sudah mulai menangis tanpa kutahu kenapa, aku rasa itulah sapaan Tuhan kepadaku melalui lagu ini. Aku lihat ibu itu juga tersentuh oleh lagu ini.
Kemudian aku bersama ibu tadi saling menyampaikan apa yang ingin didoakan dan akhirnya aku memulai untuk mendoakan dia, yang kelihatannya sedang mengalami masalah dalam keluarganya. Aku percaya Roh Kudus sendiri yang membimbing aku dalam mendoakan dia, melihat dia begitu tersentuh dengan doaku itu. Aku sendiri minta didoakan untuk pekerjaan baru yang pada awal minggu itu sudah aku jalani tes dan wawancaranya. Pada akhir doa, kami saling berpelukan dan berjanji untuk terus saling mendoakan permohonan kami selama sembilan hari Novena Roh Kudus ini - yang ternyata Romo juga menyarankan pada umat jika ada yang mau melakukannya.
Pada akhir misa, kami saling mengucapkan salam perpisahan, dan aku berdoa sebelum pulang, sementara ibu itu sudah ke luar duluan. Setelah itu, aku berdoa di gua Maria, baru menuju parkiran motor. Eh,... tak disangka ibu itu ternyata parkir di sebelahku! Aku berujar, “Wah, kita memang dimaksudkan untuk bertemu ya?” dan ia menjawab, “Tidak ada sesuatu yang kebetulan bukan?” Jadi setelah saling bertanya di mana kami tinggal, sekali lagi kami saling mengucapkan salam perpisahan dan aku pulang dengan perasaan bahagia karena merasa somehow God has sent me to meet her...
Terima kasih Tuhan atas kesempatan yang telah Kau berikan sehingga aku dapat berjumpa dengan ibu itu, semoga perjumpaan ini membawa berkat bagi kami dan semakin meneguhkan iman kami kepadaMu. Amin.
BSD, 21 Mei 2012
No comments:
Post a Comment